|
Gunung Sumbing Via Garung, View Gunung Sindoro |
Gunung Sumbing – Gunung Sumbing merupakan gunung berapi aktif
dengan ketinggian 3371 MDPL yang secara administratif terletak di Jawa Tengah
tepatnya di Kabupaten Wonosobo, Temanggung dan Magelang. Gunung yang bertipe
strato ini terkenal akan keganasan track nya yang dari awal hingga puncak sama
sekali tidak ada jalan datarnya (full menanjak).
Gunung Sumbing memiliki empat
jalur pendakian dan yang paling terkenal serta sering dilalui oleh pendaki
adalah Jalur Garung, Jalur Garung sendiri terbagi atas dua jalur yaitu Jalur
Lama dan Jalur Baru. Pada kesempatan ini (2 Januari 2015) saya dan 3 orang
rekan tim saya (Bram, Boby YP, dan Ryan N) melakukan pendakian melalui Jalur
Lama.
Perjalanan dimulai dari Solo
Pukul 08.00 WIB kami berangkat menggunakan sepeda motor dengan rute Salatiga –
Ambarawa – Temanggung – Base Camp Garung Gunung Sumbing. Perjalanan dari Solo
ke Basecamp Garung melalui rute ini memerlukan waktu kurang lebih 4 Jam. Namun
karena saat itu hari Jum’at dan kami harus melaksanakan Sholat Jum’at terlebih
dahulu di tengah perjalanan. Kami baru sampai Basecamp Garung sekitar pukul
13.00 WIB.
|
Basecamp Sumbing (berangkat muka masih pucat) |
Sesampainya di Basecamp Garung,
kami istirahat sebentar dan berencana memulai pendakian Pukul 15.00 WIB. Namun
waktu itu mendadak saya malah sakit karena kelelahan dalam perjalanan (pusing,
mual, dan kedinginan). Jadi kami terpaksa menunda keberangkatan, hingga
akhirnya setelah beberapa jam saya tidur badan saya kembali terasa segar dan
Pendakian dimulai Pukul 17.30.
BASECAMP – POS I
Dari basecamp kami mendapatkan
tumpangan mobil pickup warga sampai kampung atas, sampainya kampung atas kami
memulai trekking bersama rombongan warga setempat. Tak lama berjalan bersama
mereka hujan mulai datang mengguyur kami, sehingga memaksa kami harus
berganti kostum menggunakan Jas Hujan. Sialnya adalah waktu itu tidak ada geiter dalam daftar barang bawaan kami
jadi tidak ada satu pun anggota tim yang membawa geiter. Akhirnya kami semua
memutuskan trekking menggunakan sandal gunung karena jika memakai sepatu trekking waterproof dalam keadaan hujan tanpa geiter sama saja artinya kita membuat kolam air di sepatu kita.
Sepanjang perjalanan dari Basecamp
– Pos I didominasi oleh jalan setapak berbatu (macadam / jalan batu yang
tersusun rapi) yang terus menanjak dan berkelok-kelok tidak ada habisnya. Hujan
yang lebat disertai kabut dan badai membuat langkah kami semakin berat apalagi
waktu itu keadaan saya belum begitu fit. Sebenarnya
dari Basecamp – Pos I ini juga bisa dilalui dengan Ojek warga dengan tarif
Rp. 30.000,- saja. Menurut mereka (tukang ojek) dengan menggunakan jasanya kita bisa sampai di POS I dalam 15 menit atau dengan kata lain bisa hemat waktu 2 jam. Namun kurang afdol rasanya kalau baru berangkat saja sudah
manja. Rombongan kami tiba di Pos I pukul 19.30 WIB.
|
Nebeng Pick Up |
Di Pos I kami berhenti untuk
istirahat, makan dan menunaikan sholat. Terdapat warung tidak permanen milik
warga di sebelah shelter Pos I ini. Di warung tersebut kami membeli gorengan
tempe khas wonosobo yang sangat nikmat saat dimakan menemani teh panas manis yang juga kami beli dari warung tersebut. Kocaknya disaat saya, boby, dan bram
menghabiskan beribu-ribu rupiah di warung ini si Ryan hanya mengeluarkan nol rupiah saja, hebatnya kekenyangan
yang dia dapat justru melebihi kami (minta dengan muka melas). Tentunya hal itu
sangat memalukan bagi teman-temanya. Tapi ya bagaimana lagi, ya seperti itulah
Ryan teman kami. Yang namanya teman ya harus dapat memahami, memaklumi, dan
menghargai bagaimana kekurangan dan kelebihan sahabatnya, jadi bagaimanapun
sifatnya, dia tetap teman saya yang harus saya gandeng menuju puncak
bersama-sama.
POS I – POS II
Kami kembali melanjutkan
perjalanan dari Pos I Pukul 21:00 WIB, jalur
dari Pos I menuju Pos II berupa tanah padat yang juga terus menanjak, tanjakan disini masih tergolong manusiawi, namun guyuran air hujan membuat
langkah kaki kami lebih sulit karena tanah menjadi agak licin. Banyak sekali
percabangan di jalur ini yang akhirnya menjadi satu.
Kami tiba di Pos II sekitar pukul
22.50 WIB, oleh penduduk setempat Pos II ini dinamai Genus. Di Pos II terdapat
tanah yang lumayan lapang dan dapat digunakan untuk mendirikan 2-3 tenda ukuran
sedang. Kami hanya berhenti sebentar untuk minum di Pos ini, kemudian kami
kembali melanjutkan perjalanan.
POS II – POS III
|
Break POS II -POS III |
Trek semakin menggila setelah
dari Pos II, kemiringan dan licinya tanah akibat hujan disertai angin membuat
perjalanan semakin sulit. Berkali-kali kami terpeleset secara bergantian. Suara
angin yang mengerikan dari atas semakin menyiutkan niat kami untuk sampai
puncak.
Berkali-kali semangat kami
tumbang di jalur menuju Pos III ini, secara bergantian kami terus
menyemangati satu sama lain agar kembali bangkit dan kembali melanjutkan
perjalanan. Tak jarang kaki-kaki kami digunakan sebagai pijakan rekan di depan
kami agar dapat naik dan tidak terpeleset.
Sulitnya medan membuat perjalanan
kami 2 kali lebih lama. Kami baru tiba di Pos III Pukul 01.00 dini hari,
padahal normalnya di musim kemarau tanpa hujan pendaki lain dalam
tulisan-tulisanya hanya membutuhkan waktu 1 jam dari Pos II – Pos III ini. Pos III (Seduplak Roto) sendiri merupakan tanah
yang lumayan lapang dan rata serta mampu menampung sekitar 6 Tenda.
POS III – Pestan
Di Pos III kami istirahat cukup
lama dan kembali melanjutkan perjalanan Pukul
01.30. Trek yang dilalui masih tidak jauh berbeda dengan trek yang sebelumnya
kondisi vegetasi yang mulai menipis
membuat angin semakin leluasa mengombang-ambingkan kami. Angin yang kencang
disertai rintikan air hujan membuat suhu semakin turun entah menjadi berapa
derajat waktu itu.
Dinginya malam pun semakin
leluasa menembus jaket yang saya kenakan. Kami semakin kelelahan dan
benar-benar patah semanggat dengan keadaan seperti itu. Kami akhirnya memutuskan
untuk istirahat dan mendirikan tenda, tetapi tidak ada satupun tempat datar yang kami temui. Sampai akhirnya kami menemukan tempat yang kami anggap layak untuk
mendirikan tenda walaupun masih tetap miring.
Ditempat itu sudah berdiri 2
tenda lain rombongan dari Jakarta, dari dalam tenda salah satu dari mereka
mengatakan bahwa sudah terjebak ditempat itu selama 1 Minggu karena badai,
mereka belum mencapai puncak dan mengatakan akan turun besok pagi kalau cuaca
tidak badai lagi. Saat mendirikan tenda kami sangat kuwalahan melawan angin yang
begitu kencang dan meniup tenda kami kesana kemari, apalagi waktu itu Bram
sudah benar-benar drop karena kedinginan dan kelelahan. Otak yang beku dan
tubuh yang sangat lelah memicu emosi dan rasa ego kami, saling membentak dan
menyalahkan tidak bisa terelakan lagi.
|
Pestan |
Dengan keadaan seperti itu tenda
baru bisa didirikan setelah 45 menit, itupun kita masih harus membersihkan air
yang masuk ke dalam tenda. Saat sudah memasuki tenda pikiran kami sedikit
kembali lebih jernih, emosi mulai mereda, kami kemudian makan nasi bekal dari rumah bersama dengan
mie instan hangat sebagai lauk dan kemudian tidur setelah sholat subuh.
Kami melanjutkan perjalanan pukul
08.00 dan kembali lagi-lagi Ryan mulai berulah dengan berbagai alasan dia minta
jas hujan pada rombongan sebelah karena jas hujan yang iya kenakan semalam
sudah tidak jelas lagi bentuknya. Sepuluh menit dari camp kami, kami sudah
sampai di Pestan.
Pestan – Pasar Watu
Di Pestan entah setan apa yang
merasuki Ryan dan Boby mereka tanpa sadar mengais-ais sampah yang ditinggalkan pendaki lain yang kurang bertanggung jawab sebelum kami. AJAIB!!! Mereka berdua menemukan 1 kaleng sarden utuh
yang masih belum terbuka dan masih jauh dari batas kadaluarsa. Kami pun membawa sarden itu dan segera
melanjutkan perjalanan karena kabut dan gerimis kembali datang.
|
Pasar Watu |
Dari pestan trek berubah total,
tanjakan semakin menggila dan banyak sekali batu-batu besar yang harus kami
lewati sehingga tenaga kami banyak terkuras di jalur ini. Namun demikian jalur
menuju Pasar Watu masih dapat dilihat dengan sangat jelas dan terdapat banyak petunjuk arah menuju
puncak. Kami tiba di pasar watu pukul 09.00 WIB. Ada sedikit tempat untuk
mendirikan camp disini.
Pasar Watu – Watu Kotak
Dari pasar watu kami kembali
meneruskan perjalanan menuju Watu Kotak, jalur penyiksaan tidak hanya selesai
di Pasar Watu saja. Jalur menuju Watu Kotak semakin tidak manusiawi,
tanjakan-tanjakan yang semakin terjal dan ukuran batu yang besar membuat kami
berkali-kali mencium lutut sendiri.
|
Watu Kotak |
Kami tiba di watu kotak pukul
09.50. Disini Bram kembali tumbang, dia meminta untuk “break”.
Kami memanfaatkan waktu ini untuk istirahat dan membuat sarapan. Perjalanan
kembali dilanjutkan pukul 10.15 WIB, tanpa sadar air minum kami tertinggal
1 botol di Watu Kotak.
Watu Kotak - Puncak
Dari watu kotak kami masih juga
disiksa oleh bebatuan dan tanjakan yang tak kenal kata ampun, di jalur ini gantian
Ryan yang tumbang dia tiba-tiba saja berhenti dan tidur ditepi jalur selama 10
menit kemudian kembali melanjutkan perjalanan. Kami tiba di Puncak Buntu pukul
11.40.
|
Puncak Buntu (Saya)
|
Puncak Kawah (Saya, Bram, Ryan, Boby) |
|
Sampai di puncak saya, Boby dan Ryan
segera mengekspresikan kebahagian kami dengan mengabadikan momen (berfoto ria). Senyum dan tawa ekspresi kebahagian terganbar jelas di raut muka kami, apalagi sesampainya dipuncak cuaca
menjadi agak cerah. Kabut sudah tidak setebal sebelumnya jadi view semakin terlihat indah, namun Bram memilih
untuk istirahat dan tidur terlebih dahulu. Setelah bram bangun kami berpindah
dari Puncak Buntu ke Puncak Kawah yang lebih tinggi, disana kami bertemu dengan
rombongan pendaki lain waktu itu di puncak hanya ada 2 rombongan saja.
Pukul 12.30 Kami kembali turun,
kami berhenti sebentar di camp untuk istirahat dan packing. Kemudian kami
sampai di POS I Pukul 16.30. Lutut yang sudah menjerit-jerit ditambah badan yang mulai panas-dingin akhirnya memaksa
kami untuk turun ke basecamp menggunakan ojek. Ada keseruan tersendiri saat
turun menggunakan ojek ini, adrenalin dipacu seolah kita sedang membonceng sepeda
downhill dari puncak untuk turun gunung.
DIBUANG SAYANG
|
Melihat Sindoro |
|
Sedikit Bonus Setelah Pasar Watu |
|
Flora 1 |
|
Flora 2 |
|
Nanjak Terus ke Watu Kotak |
|
Kabut Kembali Datang |
|
Break |
|
Sinyal di Watu Kotak |
|
Mie Instant |
|
Ryan Tepar |
|
Habis Tepar (P.Buntu) |
|
Bersama Rombongan Lain |
|
Siap-Siap Turun |
|
Peta Sumbing Via Garung |